Oleh Reynaldi Akbar
Angin merubah haluanmu dariku
Angin juga tak bisa membawa jiwa yang lemah
Sepertinya aku hanya berjalan memutar waktu
Merangkai kembali detik-detik yang telah lalu
Ku coba untuk berbagi
Namun sial acapkali kembali
Dalam lelah aku mencoba menuliskan syair-syair ini
Berharap antartika yang hilang itu muncul lagi
Makin keras aku menerjang kehidupan ini
Perih makin semangat untuk menghantui
Nyanyian dari rasa sunyi itu terdengar menyakitkan
Hingga sepasang telinga ini nyeri
Aku butuh waktu untuk sendiri walau sebentar
Mengusir jenuh yang membebani pundakku
Sebenarnya, bisakah aku berharap banyak dari detikku?
Apakah detikmu adalah detikku?
Yang selalu menyambut pagi yang ceria dengan hati dan pikiran yang segar
Di ujung hari itu, ku gantung doaku untuk esok hari
Semoga esok akan lebih baik lagi
Semoga saja hujan tak menghajarku untuk kesekian kali
Purnama akan terbangkan ragaku bersua dengan malam ini
Untuk lenyapkan jiwa yang dihinggapi rasa sunyi
Angin merubah haluanmu dariku
Angin juga tak bisa membawa jiwa yang lemah
Sepertinya aku hanya berjalan memutar waktu
Merangkai kembali detik-detik yang telah lalu
Ku coba untuk berbagi
Namun sial acapkali kembali
Dalam lelah aku mencoba menuliskan syair-syair ini
Berharap antartika yang hilang itu muncul lagi
Makin keras aku menerjang kehidupan ini
Perih makin semangat untuk menghantui
Nyanyian dari rasa sunyi itu terdengar menyakitkan
Hingga sepasang telinga ini nyeri
Aku butuh waktu untuk sendiri walau sebentar
Mengusir jenuh yang membebani pundakku
Sebenarnya, bisakah aku berharap banyak dari detikku?
Apakah detikmu adalah detikku?
Yang selalu menyambut pagi yang ceria dengan hati dan pikiran yang segar
Di ujung hari itu, ku gantung doaku untuk esok hari
Semoga esok akan lebih baik lagi
Semoga saja hujan tak menghajarku untuk kesekian kali
Purnama akan terbangkan ragaku bersua dengan malam ini
Untuk lenyapkan jiwa yang dihinggapi rasa sunyi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar